Mahasiswi Universitas Bung Hatta Keluar Darah dari Hidung, Mulut, dan Telinga Jika Terbebani Pikiran Berat

Pasien keringat darah Dora Indriyanti Trimurni mendapat bantuan beasiswa dari Kementerian Agama yang diberikan langsung Menteri Agama Suryadharma Ali.

Bantuan beasiswa diberikan untuk meringankan beban Dora yang harus terbujur lemah di kamar 814 Gedung A RSCM, Jakarta, namun masih berstatus sebagai mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatra Barat.

"Melihat perjuangan dan kegigihan dia (Dora) dalam keadaan sakit dan kondisi kehidupannya, maka diberi perhatian dengan bentuk beasiswa agar dapat meringankan bebannya," kata Menteri Agama Surydharma Ali seusai menjenguk Dora di Jakarta, Minggu (12/6).
Bantuan beasiswa itu direncanakan diberikan hingga Dora menyelesaikan pendidikannya. Suryadharma yang mengetahui informasi mengenai Dora melalui media massa menambahkan bantuan berupa materi juga diberikan kepada Dora yang dinilainya patut dijadikan lambang kegigihan hidup masyarakat. Namun Suryadharma enggan menyebutkan nominal bantuan materi yang diberikannya.

"Dia kan sekarang sudah semester 7, sekitar 1 tahun lagi rampung kuliahnya. Selama itu kita akan bantu kebutuhan kuliahnya juga. Bantuan materi secara langsung juga ada, semoga itu bisa membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya," jelas Suryadharma yang mengenakan kemeja batik cokelat lengan panjang.

Tidak hanya Dora yang memperoleh bantuan beasiswa, kedua adiknya pun direncanakan juga masuk dalam daftar bantuan. Namun dinyatakan Suryadharma bahwa bantuan untuk biaya pengobatan tidak termasuk dalam bantuan yang diberikannya.

"Adiknya juga kita upayakan untuk mendapat bantuan beasiswa sekolah sampai tamat. Kalau biaya pengobatan dan perawatan kan sudah dengan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda)," tandasnya.

Sebelumnya, mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatra Barat, itu benar-benar mengucurkan darah dari pori-pori kulit kepalanya saat dia lelah atau stres. Darah segar juga kerap mengucur dari selaput mulut, telinga, dan hidungnya.

Kisah bermula pada 2003 silam. Rembesan darah muncul pertama kali di kulit kepalanya, setelah jatuh dari tangga sebuah gedung perkantoran di Batam. Hasil scan menunjukkan, terjadi pembengkakan pembuluh darah di bagian kepala. Tanpa operasi, rembesan darah itu terhenti sekitar enam bulan kemudian.

Kehidupan Dora kembali normal. Sembari menyelesaikan pendidikannya, ia bekerja keras menghidupi dua adiknya selepas ibunya meninggal. Menjadi tenaga kebersihan, tukang ojek, hingga satpam dijalaninya.

Namun, masalah kembali muncul sekitar dua tahun lalu. Darah segar kembali membasahi kulit kepalanya saat otaknya terbebani pikiran terlalu berat. Juga selaput mulut, telinga, dan hidungnya. Dengan kondisi kian parah, ia menjalani perawatan di rumah sakit.

Dari satu dokter, dia berpindah ke dokter lain. Dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain. Sakit gadis 25 tahun itu masih misteri. Sejumlah dokter di Padang menyerah. Dora pun diterbangkan ke Jakarta untuk menjalani perawatan di bawah pengawasan tim dokter Hematologi dan Onkologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Berdasar hasil pemeriksaan sementara, tim dokter mendiagnosis Dora menderita kelainan fungsi trombosit (trombophaty).

Ada tiga kemungkinan memicu kelainan itu. Pertama, sang ibu mengonsumsi suplemen yang mengganggu fungsi trombosit saat mengandung Dora. Kedua, adanya benturan atau trauma di kepala akibat jatuh beberapa tahun silam. Ketiga, adanya riwayat penyakit lupus. Pelbagai mungkin ini masih dalam pemeriksaan laboratorium.

Sumber : rimanews


Related Posts